Website Resmi SMP Negeri 1 Watampone

Blog Rangkuman Koneksi Antar Materi – Modul 3.1

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)
-Bob Talbert-

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Kaitannya dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin terletak pada pemahaman dan pengintegrasian nilai-nilai dan konsep dari kedua filosofi ini. Seorang pemimpin yang memahami filosofi Ki Hajar Dewantara akan menjadi contoh yang baik bagi bawahannya, membangun semangat kerja dan kreativitas, serta memberikan bimbingan dan dukungan kepada mereka. Sementara itu, pemahaman tentang Pratap Triloka membantu pemimpin untuk memahami kompleksitas dalam pengambilan keputusan, karena mereka harus mempertimbangkan tidak hanya aspek fisik dan material, tetapi juga aspek emosional, sosial, dan spiritual dari situasi yang dihadapi.

Dengan demikian, pemimpin yang mengintegrasikan kedua filosofi ini dalam pengambilan keputusan akan mampu menjadi pembimbing yang bijaksana dan berkinerja tinggi, mampu mencapai kesuksesan tidak hanya dalam hal pencapaian materi, tetapi juga dalam hal pembangunan pribadi dan masyarakat secara keseluruhan.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita membentuk landasan bagi prinsip-prinsip yang kita pegang, yang pada gilirannya memengaruhi bagaimana kita memandang, memilih, dan bertindak dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk secara kritis mempertimbangkan nilai-nilai yang kita anut dan bagaimana nilai-nilai tersebut memengaruhi prinsip-prinsip kita dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi yang ada dalam proses pembelajaran sangat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran.
Dalam pengambilan keputusan terkait materi yang dipelajari sudah efektif dalam penerapannya dan semuanya jelas sehingga tidak ada lagi hal yang perlu ditanyakan.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

  • Seorang guru yang memiliki kemampuan sosial-emosional yang baik akan lebih mampu memahami perasaan, kebutuhan, dan perspektif siswanya. Ketika dihadapkan pada dilema etika, pemahaman yang lebih baik tentang siswa dan situasi mereka akan membantu guru dalam menimbang berbagai faktor yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
  • Dalam situasi di mana dilema etika mungkin muncul, keterampilan dalam memecahkan konflik menjadi penting. Guru yang memiliki kemampuan sosial-emosional yang baik akan lebih terampil dalam menangani konflik antara nilai-nilai yang berlawanan atau kebutuhan yang bertentangan.
  • Dalam beberapa kasus, dilema etika mungkin timbul karena perbedaan antara kepentingan individu dan kepentingan kelompok. Seorang guru yang memiliki kesadaran sosial-emosional yang baik akan lebih mampu menyeimbangkan kebutuhan individu siswa dengan kebutuhan keseluruhan kelas atau sekolah dalam pengambilan keputusan.
  • Seorang guru yang memahami dan mengelola aspek sosial-emosionalnya dengan baik akan menjadi contoh moral bagi siswanya. Mereka akan lebih mampu mengambil keputusan yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral dan etika, bahkan dalam situasi yang sulit.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Nilai-nilai seorang pendidik selalu menjadi landasan dalam melakukan sesuatu atau dalam pengambilan keputusan, dimana nantinya ini akan sangat berkaitan dengan masalah moral atau etika yang dihadapi, dan penggunaan 3 prinsip, 4 paradigma dan 9 langkah dalam pengujian pengambilan keputusan juga membantu pendidik dalam mengambil suatu keputusan.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan pada nilai nilai yang ada pada diri seorang pendidik dan dengan mengikuti dan penggunaan 3 prinsip, 4 paradigma dan 9 langkah dalam pengujian pengambilan keputusan juga membantu pendidik dalam mengambil suatu keputusan.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak.
Bagaimana mereka mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pemebelajaran modul 3.1 adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru harus dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai – nilai kebajikan sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan berpihak pada murid. Sesuai dengan ajaran KHD bahwa pendidikan adalah menuntun murid mencapai kebahagiaan (modul 1.1).

Sebagai penuntun murid, guru penggerak kita memiliki peran berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif (modul 1.2). Dalam pengambilan keputusan kita akan mengaplikasikan kelima peran guru penggerak. Selain berpihak pada murid, guru harus mandiri dan reflektif. Setiap keputusan yang diambil dievaluasi secara mandiri dan dibuat refleksi untuk memastikan dampak positif dari pengambilan keputusan.

Guru diharapkan menjadi pemrakarsa perubahan, hal ini melibatkan banyak pengambilan keputusan yang besar. Sebagai acuan guru dapat menyusun visi yang berorientasi ke depan untuk diri, murid, dan sekolah secara keseluruhan. Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan BAGJA (Buat Pertanyaan – Ambil Pelajaran – Gali Mimpi – Atur Eksekusi – Jabarkan Rencana) (modul 1.3). Melalui langkah – langkah ini dapat dipahami bahwa setiap keputusan membuat suatu perubahan semuanya mengedepankan manfaat dan evaluasi untuk memastikan apa yang dijalankan adalah sesuai dengan visi masa depan.

Visi akan terwujud jika budaya positif di sekolah sudah terwujud. Ada keyakinan kelas maupun sekolah yang disepakati bersama. Jika ada penyimpangan, dilakukan penyelesaian masalah dengan segitigita restitusi sehingga pihak – pihak yang terlibat menyadari kesalahannya dan menemukan solusi atas permasalahannya (modul 1.4). Disini sering terjadi juga dilema etika dan bujukan moral yang harus dikenali dengan baik oleh pemimpin pembelajaran sehingga keputusan yang dihasilkan adalah tepat dan berdampak positif. Dengan demikian akan terwujud masyarakat sekolah yang harmonis dan berdisiplin positif.

Visi dalam pembelajaran tentunya memenuhi kebutuhan setiap murid. Guru dapat melakukan pembelajaran berdiferensiasi untuk memfasilitasi murid dengan berbagai kemajemukan gaya belajar dan tingkat kesiapan (modul 2.1). Dengan bantuan tes diagnostik dan karakteristik materi yang akan dipelajari oleh murid, seorang guru harus membuat suatu keputusan model dan strategi pembelajaran yang akan dipilih. Hal ini tentu membutuhkan banyak pertimbangan dan perencanaan. Keputusan macam diferensiasi yang akan dipilih dan dikembangkan dalam modul ajar atau RPP dapat dievaluasi efektif atau tidaknya dengan evaluasi hasil belajar siswa.

Setiap keputusan yang baik tentunya dihasilkan oleh pikiran yang jernih dan kondisi emosi yang stabil. Sebagai pemimpin pembelajaran yang berinteraksi dengan murid yang beragam tentunya tidak jarang menemukan masalah – masalah yang dapat mengganggu proses pembelajaran itu sendiri. Disinilah Kesadaran Sosial Emosional (KSE) harus berjalan dengan baik (modul 2.2). KSE ini meliputi Kesadaran diri, Manajemen diri, Kesadaran Sosial, Keterampilan Berelasi, dan Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab. Dalam penyelesaian masalah seseorang harus hadir sepenuhnya (mindfullness) sehingga fokus menjadi baik dan keputusan yang diambil sesedikit mungkin dampak negatifnya.

Dampak negatif yang kecil dapat kita peroleh juga dengan proses coaching yang baik, dimana coach berperan sebagai mitra yang siap membantu coachee untuk meningkatkan performa kerja, menemukan solusi atas permasalahannya, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam pembelajaran utamanya, peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui supervisi akademik (modul 2.3).

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika, namun yang saya lakukan hanya sebatas pada pemikiran didukung dengan beberapa pertimbangan. Saya sudah merasa aman bila keputusan yang saya ambil sudah sesuai aturan dan tidak berdampak merugikan banyak orang. Dengan belajar modul ini saya menjadi lebih kaya akan pengetahuan bahkan telah mempraktikkan, bagaimana cara pengambilan keputusan yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang tak lepas dari paradigma dan prinsip-prinsip yang ada.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep yang sudah saya pelajari di modul ini memberikan dampak yang besar bagi pola pikir saya. Sebelumnya saya berpikir bahwa pengambilan keputusan yang telah didasarkan regulasi dan sosial saja sudah cukup, ternyata banyak hal yang menjadi dasar. Dalam konteks ini terdapat 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah. Saya berencana akan mengimplementasikan landasan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi. Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut, saya yakin bahwa keputusan yang saya ambil akan tepat dan lebih akurat dengan selalu berpihak pada murid.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi pada modul 3.1 bagi saya sangat penting dan bermakna, karena dimanapun dan sebagai apa peran kita pasti akan menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil keputusan. Dari keputusan tersebut akan dihasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, maka seorang guru harus memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan. Sebagai landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya mengacu pada 9 langkah 4 paradigma dan 3 prinsip. Selain itu keputusan diambil melalui tiga uji yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).

Please follow and like us:
Pin Share

Tinggalkan komentar

Follow by Email
YOUTUBE
INSTAGRAM